Kontributor

Rabu, 30 Mei 2012

Jaman Kelam Indonesia 1965 : Jawaban mengapa kami generasi muda tidak tahu


Peristiwa yang terbesar, yang selalu terbayang ketika era 1965 adalah G30S. peristiwa kisruh dengan korban para Jendral TNI/AD yang konon katanya didalangi PKI. Kenapa konon katanya? Saya juga tidak tahu bagaimana persisnya, karena saya lahir 25 tahun setelahnya. saya hanya tahu dari buku sejarah dan semenjak SD, Guru dan Orang Tua saya memang mengatakan demikian. Tentunya dibumbui dengan cerita – cerita seram yang membuat bulu kunduk kita merinding. Lalu kita menjadi sangat antipati terhadap kata komunis.
Lalu, apa sebenarnya komunisme itu? samakah dengan Atheisme?
Komunisme timbul akibat dari adanya kontra terhadap kapitalisme. Pertama kali dicetuskan oleh Karl Marx. Bila kapitalisme mengenal pembagian kelas dalam ekonomi produksi, maka komunisme adalah kebalikannya. Komunisme menganut paham kesetaraan untuk mencapai masyarakat sosialis menuju masyarakat utopia. Menurut yang saya baca di wikipedia, bahwa komunisme sebagai anti-kapitalisme menggunakan sistem partai komunis sebagai alat pengambil alihan kekuasaan dan sangat menentang kepemilikan akumulasi modal pada individu. pada prinsipnya semua adalah direpresentasikan sebagai milik rakyat dan oleh karena itu, seluruh alat-alat produksi harus dikuasai oleh negara guna kemakmuran rakyat secara merata. Jika membaca kalimat ini, saya teringat Undang – Undang Dasar Negara tahun 1945 pasal 33, tentang kesejahteraan sosial.
Komunisme ala Indonesia waktu itu bukanlah komunisme yang berlandasan pada teori Materialisme Dialektika dan Materialisme Historis oleh karenanya tidak bersandarkan pada kepercayaan mitos, takhayul dan agama dengan demikian tidak ada pemberian doktrin pada rakyatnya, dengan prinsip bahwa "agama dianggap candu" yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran ideologi lain karena dianggap tidak rasional serta keluar dari hal yang nyata (kebenaran materi). Buktinya banyak anggota PKI, Lekra, ataupun Gerwani yang memeluk agama. Terbesar penganut agama Islam dan Katholik. Teori materialisme dialektika hanya terdapat di beberapa negara seperti Uni soviet yang sekarang sudah runtuh. Dan konon cerita yang disampaikan pada saya bahwa tokoh yang ngomong bahwa agama itu candu pun, pada akhir hayatnya mengakui adanya Tuhan. Jadi jika ada cerita yang disampaikan dulu oleh guru SD saya bahwa orang PKI pernah mengajarkan bahwa Tuhan tidak ada itu tidak benar. Bahkan cerita – cerita di buku di perpustakaan kampus bahwa orang – orang  itu justru orang – orang yang dekat dengan rakyat. Beberapa artikel juga menyatakan bahwa orang PKI juga membantu membangun tempat ibadah. Sayangnya, semua terlanjur kelam. Saya di sekolah tidak diajarkan demikian. Semua tentang yang buruk saja.
Semua cerita itu sudah meresap dalam otak masyarakat, bahkan ibu saya dahulu pun bila bercerita tentang pemberontakan PKI, seolah menganggap PKI itu sesuatu yang buruk.
Pro dan Kontra G30S
Peristiwa Pembunuhan para Jenderal TNI/AD di akhir tahun 1965 masih tidak jelas. Tahu – tahu sudah di doktrin bahwa yang bersalah PKI. Dan kemudian sampai merambah pada penangkapan semua organisasi – organisasi di bawah PKI. Seperti Lekra dan Gerwani. Padahal ketika itu PKI dan organisasi dibawahnya merupakan masa yang besar. merekapun ditangkap dan disiksa tanpa peradilan hukum yang jelas. Media masa yang ada juga memberitakan berbagai berita yang kejam ( waktu itu yang beredar di masyarakat media masa Berita Yudha, sedangkan yang lain dilarang terbit). Ada apa di belakang semua ini? Mengapa sampai pers dibungkam? Seolah ada sesuatu yang ditutup – tutupi. Akhirnya karena hanya ada satu dan satu – satunya informasi, otomatis masyarakat hanya menerima itu, tanpa ada pembanding.
Tercatat dalam dampak dari peristiwa tersebut adalah jutaan orang dibantai tanpa peradilan, lainnya hilang, dan lainnya lagi hidup tanpa kebebasan. Jika kita lihat yang terjadi sebelum peristiwa itu, Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959 menyampaikan pidato kenegaraan yang berjudul “ Penemuan Kembali Revolusi Kita “, dimana revolusi kita adalah gerak untuk melawan imperialisme dan kolonialisme menuju Indonesia yang mandiri. Dan jika lebih jauh lagi kita melihat pada tahun 1926, Bung Karno mencetuskan “NASAKOM” yaitu penggabungan tiga aliran masa yang ada di Indonesia yaitu Nasionalis, Agama dan Komunisme, dalam menghimpun kekuatan berdasarkan Pancasila sila yang ke (3) “ Persatuan Indonesia” sesuai dengan azas Bhinneka Tunggal Ika. Dalam sejarah, golongan Komunis – lah yang kemudian berhasil mengembangkan massanya.
Golongan komunis, yaitu PKI telah mengadakan berbagai gebrakan. Yang saya tahu hanya dua tapi saya yakin banyak yang telah dilakukan oleh Partai ini. Pertama soal emansipasi wanita, dibentuk Gerwis yang kemudian menjadi GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia), yang sampai bisa menjadi sebuah gerakan wanita terbesar di Indonesia. Beberapa dari kelanjutan kiprah Gerwani adalah menentang poligami, memperjuangkan hak – hak wanita, sampai pada menuntut agar para pekerja wanita diberikan hak cuti haid. Betul – betul sampai sedetil itu yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Dan saya dapat katakan dari hal yang kecil itu, kita bisa lihat sosialisme itu seperti apa. Sama tinggi, sama rendah, sama rasa, sama rata. Namun sayangnya, Soekarno waktu itu sendiri poligami. Jadi belum bisa kita katakan berhasil.
Lalu dalam kebudayaan, kemudian lahirlah Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat). Kalau berbicara tentang Lekra saya harus berhati – hati. Ada dua pendapat yang berkembang bahwa Lekra bukan PKI hanya Organisasi kesenian dibawah naungan PKI, atau memang Lekra berdiri sendiri dan tidak ada sangkut pautnya dengan PKI, memang beberapa anggota Lekra adalah orang – orang PKI tetapi tidak semua. Yang saya salutkan adalah Lekra ini, menjangkau seluruh seniman se – Tanah Air apapun seninya asalkan selama ia setia pada kebenaran, keadilan dan kemajuan, dan selama ia mengusahakan keindahan artistik yang setinggi-tingginya dan LEKRA mengulurkan tangan kepada organisasi kebudayaan yang lain dari aliran atau keyakinan apapun untuk bekerjasama dalam pengabdian ini, seperti yang ditulis dalam mukadimahnya........... ( Bersambung )

Syair untuk Bung Karno


#1
Putra lahir menyongsong Surya,
Pemutus rantai – rantai kolonialisme
membawa kebebasan,
Bertarung maut dengan suara nuraninya,
Dari orang – orang yang berada di kakinya,,

Dia lahir membawa terang,
Dari perbudakan modern,
Dia ditinggikan….

Sabdanya api,
Membakar sanubari perlawanan,
Imperialisme lawannya,
Kolonialisme jadi musuh utama,

Membawa tekad,
Sang Garuda perkasa,
Lepaslah terbang tinggi diangkasa….





#2
Tahun 1965

Umurku telah lanjut,
Kursiku mulai lapuk,,,

Anakku mulai bisa berjalan,,
Anak yang dahulu aku perjuangkan…

Kini mulai bisa merengek,,
Anakku, lupakah engkau??
Perjuangan mencapai stagnasi…

Ku nyanyikan lagu kita dahulu,
“Nasakom bersatu”
Kubisikkan dalam lelapmu,
“Revolusi belum berakhir”

Lalu ku lihat dimatamu,
Aku tahu itu,
Kau mulai bosan denganku,,,,
Ku katakan padamu,
Janganlah satu tubuh saling mendengki…
Ku teriakan padamu,
“Hei, sudah jangan saling berkelahi”
Tapi engkau berlalu pergi,
“ Anakku kembali…..”
Tak mau tahu,
Ulu hati makin nyeri…..

#3
Fajar kini beranjak malam,,
Tanpa aku sadar,
Matahari kan terbenam,
Belum kuselesaikan hari…

Belum ku tepati revolusi….

Garuda itu telah ku bawa terbang,
Namun hinggap kembali,,
Memang kini lebih tinggi,,

Aku kini seonggok daging,
Kan habis dikerumuni,
Lalu hilang,
Juga kenangan tentangku….
by : Alberta Novita, salatiga 20 Mei 2012


#4
Harus ku katakan apa??
Anakku telah lupa bapaknya….
Dia tentu lebih perkasa,
Minum susu import…
Produk asing….
Tentu ia lebih pintar,
Hasil adopsi budaya barat….
Dan sederet titel dibelakang namanya…
Bapakmu bukan apa – apa,,
Dan harus berkata apa?....
by : Alberta Novita, salatiga 20 Mei 2012

#5
Lama menunggu mati,
Aku terlanjur terluka hati,
Tak ada waktu membela diri…

Percuma, percuma sudah….
Tak ada yang peduli,,
Akupun lelah dengan semua ini….

Saat – saat terakhir,,,
Ah, Hatta….
Kau rupanya,,,
Tetap dengan senyummu itu…
Kau rangkul aku, sahabat….

Mega,
Teguhkan hatimu seperti aku,
Untuk diriku,
Hantarlah aku dengan senyummu…

Akupun ingin tersenyum pada dunia,,
Dunia yang ku besarkan,
Hampir menghapus aku,

Dan mencatat sejarah yang baru…..
Ku harap esok lebih baik…..
by : Alberta Novita, salatiga 20 Mei 2012


#6
Hei Rezim baru,
Tanganmu telalu kotor…

Telah kau potong lidahku,
Lidah yang dulu,
Pernah berseru juga untukmu

Kata terakhirku,
Aku ingin bertemu sahabatku,
Petani di priangan….
Tempat hatiku bersatu,
Dengan Marhaenisme
Maka tempat tubuhku pula…

Tapi tak kau kuburkan aku di sana….

Kau tempatkan tubuhku,
dipusara terasing,
apa beda hidupku kemarin?...
by : Alberta Novita, salatiga 20 Mei 2012

Senin, 28 Mei 2012

Demokrasi Model Apa ini????

Ada yang marak di pemberitaan akhir - akhir ini. Ialah tentang Ibu Presiden kita, Ani Yudhoyono yang mencalonkan diri untuk pemilu periode yang akan datang. Orang yang berbeda, tapi satu keluarga, satu parpol, dan berurutan waktu dengan suaminya. Mungkin benar bila seseorang sudah berada di atas dan nyaman, enggan jatuh ke bawah. Inikah Demokrasi ala Indonesia?

Well, mengapa saya mempertanyakan hal ini?
Menurut YB. Mangunwijaya, Demokrasi diibaratkan sebuah tanaman hidup. Untuk dapat tumbuh dan berkembang, Demokrasi membutuhkan tanah tumbuh yang pas memenuhi styarat - syarat tertentu. Syarat - syaratnya antara lain :

  • suatu bangsa cukup rasional dan cerdas :
  • Fair Play
  • memberikan ruang untuk pemekaran pihak lain 
Apa ini yang disebut demokrasi?? bagaimana mungkin disebut demokrasi bila pilihannya hanya berputar di satu keluarga.
Indonesia akan kembali pada zaman era Soeharto, hanya ini bentuk terbaru "BERTAHANNYA KEKUASAAN" orang- orang diatas. bukankah budaya kita masih saja : Istri tunduk pada Suami?.

kejadian Presiden satu keluarga yang lainnya : Megawati Soekarnoputri
bila kita bedakan dengan Megawati Soekarnoputri :

Ayahnya Presiden pertama, yang jauh sebelum Ibu Mega menjadi Presiden Bung Karno sudah wafat. jadi tidak ada pengaruh apa - apa selain daripada ideologi dan cara pandang. Tentu beliau dalam menjalankan pemerintahan tetap menjadi diri sendiri.

Bung Karno dari partai PNI, beraliran Marhaenisme. aliran yang diambil dari nama Marhaen, seorang petani yang mengerjakan sawahnya sendiri untuk menghidupi istri dan keempat anaknya. begitulah kira - kira gambaran ideologi yang dikembangkan Soekarno. sementara sang putri, Ibu Mega, berasal dari PDI perjuangan.

Bu Mega bisa bersikap profesional sebagai Ibu Negara dan seorang Istri
Kasus Bu Mega bukan Nepotisme.

jadi Inikah kondisi Demokrasi milik KITA??? Mempertahankan kekuasaan dan manipulasi politik dengan "Boneka"????
silakan kasus ini direnungkan, saya yakin bangsa Indonesia masa kini adalah bangsa yang cerdas.

Minggu, 27 Mei 2012

Burung gagak


Burung gagak,
Terbang menukik,
Menghampiri ragaku,
Yang hampir mati….

Burung gagak,
Terdengar nyaring,
Tanda dekat,
Waktu hampir usai,

Lihat dia,
yang menatapku congkak,
tanpa kasihan,
tahu aku akan menjadi bangkai…..

Sabtu, 26 Mei 2012

Seniman : Antara PROFESIONALITAS, NETRAL dan TOTALITAS dalam berkarya, dengan KEHIDUPAN PRIBADI

Menjadi seorang seniman itu, saya rasa dilematis. Di sisi lain, saya memegang tanggung jawab memberikan yang terbaik untuk para penikmatnya. Saya berusaha agar bagaimana caranya dapat membangun hubungan yang baik untuk para penikmat seni tersebut. Berbagai cara dilakukan untuk promosi. Ya, memang sepintas terdengar sama dengan rekan – rekan saya yang berprofesi sebagai tenaga marketing. Tetapi saya menyadari jika seorang seniman bukanlah seorang seniman, tanpa pengakuan dari para penikmat itu sendiri.
Tentu walaupun dengan pendidikan seni yang minim, dan juga otodidak tapi setidaknya saya mengerti dasar – dasarnya. Bahwa guru teater saya di SMA dulu pernah mengatakan kalau panggung kita tak terbatas dan penonton, adalah bagian dari pertunjukan, saya terapkan betul. Bahkan tak hanya di teater saja, namun juga ketika saya asyik dengan sketsa saya. Untuk saya, perlu memahami bagaimana emosi mereka ketika membaca puisi atau tulisan saya, atau melihat gambar – gambar saya.  Entah senyuman mereka, air mata mereka, ataupun kemarahan mereka, saya harus dituntut lebih peka terhadap perasaan mereka. Sebagai seorang seniman, saya dapat dikatakan berhasil bila saya dapat menghantarkan para penikmat seni kepada pesan – pesan saya yang terkandung baik secara implisit maupun eksplisit dalam karya – karya saya. Bukan tidak mungkin cerita horor saya, hanya akan jadi bahan tertawaan, karena sama sekali tidak menakutkan. Itu artinya saya tidak berhasil membawa mereka menyelami cerita yang saya tulis.

Dalam keseharian saya, saya pun harus pintar menempatkan diri. Artinya, ketika saya harus jadi seorang Novita, saya akan menjadi Novita. Namun, tatkala saya harus berkarya, saya akan bersifat netral. Ilustrasi gampangnya, seperti sebuah koin dengan dua sisi, yang satu gambar yang lainnya angka. Saat saya menjalani kehidupan pribadi saya, tidak akan saya campur aduk dengan kehidupan seni saya. Saya pun berusaha memanajemen emosi dan perasaan saya. salah satu caranya dengan alter ego saya. biasanya alter ego saya itu netral, bukan laki – laki juga bukan perempuan namanya pun netral Last Angel. Terkadang yang keluar juga Novalito, tetapi Novalito pun hanya tertarik pada Meirina sebagai cinta pertamanya, dan tidak pada perempuan lainnya. Tapi apakah seorang Novita tertarik pada perempuan? Tidak demikian. Novita memang dulu pernah mengagumi seorang gadis bernama Meirina, namun tidak sampai perasaan lebih. Novita saat ini memiliki kekasih yang juga seorang penulis bernama Andreas.
Pada waktu saya berkarya, saya benar – benar ingin hasil yang sempurna menurut saya. inspirasi saya adalah buku, cerita orang lain, kisah pribadi. Juga cerita cinta khas remaja perempuan (dalam hal ini berarti pribadi Novita berkolaborasi dengan alter ego yang lain). Buku dan orang lain di sekitar saya menjadi inspirasi berharga. Jadi saya tidak egois hanya bercerita tentang diri sendiri tetapi juga dunia yang luas. Hal yang saya lakukan adalah membangun simpati dengan lingkungan. Dengan mencoba merasakan apa yang mereka alami, merasakan angin yang berhembus, merasakan senyum kebahagiaan mereka sampai luka duka mereka. Baik dengan curahan hati maupun hanya sepintas melihat mereka. Perasaan simpati yang muncul saya olah sedemikian rupa. Lalu saya akan berusaha tidak hanya membuat sebuah karya, melainkan pula bagaimana caranya membawa rasa simpati itu tetap hidup. Jadi karya saya mempunyai roh, mempunyai jiwa. Itulah totalitas saya.

Dari profesionalitas, netral dan totalitas, tidak mudah memang. Kuncinya, keterbukaan, kepercayaan, dan komitmen. Saya harap saya bisa memegang kedua peran itu selamanya, sebagai seniman yang terus berkarya, dan sebagai Novita pribadi.

Penulis adalah Alberta Novita, seorang mahasiswa FKIP UKSW. Mengambil program studi Pendidikan Ekonomi. Sejak kecil sangat suka menggambar dan menulis. Hingga saat ini, walaupun kuliah bukan di Seni. Tapi suatu saat nanti ingin kuliah lagi di seni. Semoga ^_^

Jumat, 25 Mei 2012

Sajak Serbuk Mentari

(Untuk kekasihku, Andreas Rahmadi)
Aku datang dari kelam, wahai anak malam.
Dibawah rembulan yang kau gantikan
Dengan tirai – tirai bintang benderang.
Lalu ku beranikan mengintip
dicelahnya yang ku sibak.
Silau sewaktu ku tatap.

Namun mentari tak kunjung naik tahta.
Malam – malammu memang remang.
Kita memang anak kelam,
tiada pernah ku sangkal.

Tapi mentari harus datang,
Karena dunia harus berputar
Harus dan harus pada porosnya..

Ataukah aku harus mendatanginya??
Terbit juga kenekatanku,
Entah formula keberanian atau kemarahan
Dan tiba lalu memberang,,,

Ah, hanya mentari,,
Biar ku bawa lari saja,,
Sesampainya di rumah,
Biar ku tumbuk pecahannya….

Hingga menjadi serbuk halus,,
Dan ku larutkan dengan angin,
Dalam cangkir,
Tanpa gula……

Lalu kita duduk di serambi
Sambil menyeruputnya

Puisi untuk Heru Santoso II

Kau lah yang tercantik,
Kau lah tambatan hatiku….
Kau dipuja banyak mata,,
Dan aku,,
Lelaki yang beruntung itu….

Yang dapat memegang kedua tanganmu,,,
Dan menjanjikanmu,,
Dengan tidak mengingkari,
Hingga detik ini……

Namun waktu tak mengenal kita,
Pun  tak mau dirayu,,
Datang menyapu,
Seperti ombak yang bergulung,
Lalu menyepi…

Sepi tanpamu di sini…..
Sepi hidupku ingin pergi…..

Aku lelaki yang cemburu…
Lantas harga diriku surut,,,
Karena tak dapat membela kemarahanku….

Anak itu bukan anakku…..
Dan kau milikku…..

Lalu sepi itu datang kembali,,,
Kau tak berani menatapku………….

Puisi untuk Heru Santoso. (memoar pulau buru hlm 337)

jerit hati lelaki penuh luka...


Aku yang memendam kemarahan,
Tanpa bersuara….

Cinta dan bahagia,
Terenggut paksa dari kedua tanganku,
Walau erat semakin mengerat….

Apa dayaku?
Ketika otorisasi semakin menjadi…

Ku kirim sekuntum doa untuk
ibuku yang kau bunuh,
dan istriku yang kau perkosa……

sedang kau lupa?
Ayahku gugur di Surabaya,,
Untuk bendera Persada
Yang berkibar hingga kini……

Entah marah pada siapa,
Entah dendam pada siapa,
Dan kuterima 
Dilemparkan tubuh yang masih tersisa,,
Dalam lubang hitam,
Neraka jahanam,,

Tak ingin aku kembali,,
Melihat sang surya menari….

Aku hanya diam,
Dan nikmati kulit – kulitku,
Yang kian membusuk
Dalam gelap pengap
Di bui…..

Haruskah???
Dengan mataku kusaksikan,,
Tanpa tahu apa arti semua ini…

Catatan : Heru Santoso, dalam “ memoar pulau buru” adalah tahanan Politik yang dituduh PKI pada pasca G30S. ayahnya meninggal dalam pertemuran di Surabaya, Ibunya yang seorang pemimpin GERWANI Jawa Timur divonis hukuman mati karena diduga terlibat Blitar Selatan. Istrinya ditangkap bersama dengan dia, lalu dilepaskan. Dalam pemeriksaan Heru Santoso dipaksa menandatangani surat cerai. Istrinya sudah hamil dan akan menikah dengan pemeriksanya……..

Kamis, 24 Mei 2012

menulis dengan Alter ego


Alter ego (Bahasa Latin, "aku yang lain") merupakan diri kedua yang dipercaya berbeda daripada orang kebanyakan atau kepribadian yang sebenarnya. Istilah ini dipakai pada awal abad kesembilan belas ketika gangguan pemecahan kepribadian pertama kali dijelaskan oleh psikolog[1]. Seseorang yang memiliki Alter ego dikatakan menjalani kehidupan ganda.
Sebuah makna yang berbeda dari Alter ego dapat ditemukan dalam analisis sastra, yang pengambaran karakter dalam karya-karya berbeda yang secara psikologis mirip, atau karakter fiktif yang perilakunya, ucapan, atau pikiran sengaja mewakili penulis[2] atau dengan jenis penampilan lain.
Keberadaan "diri yang lain" telah pertama kali dikenali di tahun 1730-anAnton Mesmer menggunakan hipnotis untuk memisahkan Alter ego. Percobaan ini menunjukkan pola perilaku berbeda dari kepribadian individu dalam keadaan sadar dibandingkan saat terhipnotis. Karakter lain dikembangkan dalam kesadaran yang berubah tapi dalam tubuh yang sama[3].
Alter ego juga digunakan untuk merujuk perilaku berbeda setiap orang yang ditampilkan dalam keadaan tertentu. Konsep terkait termasuk avatardoppelgängerpeniru, dan kepribadian ganda.
para penulis biasa mengembangkan imajinasinya juga dari alter ego. dengan alter ego pula seseorang dapat merasa keluar dari masalah walaupun sebenarnya tidak.
saya, dalam menulis kadang juga mengeluarkan alter ego saya,,,
seperti misalkan :
Namaku Novalito Rahmadi, aku seorang laki - laki dengan banyak teman wanita. aku senang membantu mereka dalam hal apapun. kenapa? karena ada hal - hal yang tidak dapat dilakukan wanita dan ada hal yang tidak dapat dilakukan laki - laki.itulah mengapa kita harus saling membantu. Bagiku, wanita adalah keindahan. wanita yang paling ku cinta adalah ibu dan kedua adik perempuanku.

aku senang dekat mereka, teman - temanku. tapi dari sekian banyak wanita, hanya seorang yang mampu membuatku tak dapat berkata - kata lagi. Meirina namanya. dia adalah gadis cantik di kelas sebelah, sewaktu aku SMA dulu. ah, mendengar namanya saja sudah membuatku tersenyum - senyum. begitu indah hingga mawar - mawar di kebun sekolah tak lagi menyita perhatianku. dan aku yang biasanya sangat serius membaca buku di sudut perpustakaan memalingkan pandanganku sejenak.

kau tahu bagaimana kami bertemu. semua adalah kejutan Tuhan di hari itu, saat aku hendak kembali ke kelas, dari perpustakaan, dan kami berpapasan........ dia terburu - buru. ternyata dia akan membolos latihan vokal. hmmm,, lucu dan nakal.... saat semua anak perempuan sangat ingin dipilih untuk anggota paduan suara, dia malah kabur...... buat aku dia memang berbeda dari lainnya..........

Senin, 21 Mei 2012

“Manifestasi Politik dalam Undang – Undang Koperasi No. 14 tahun 1965”


Makalah Pengantar Koperasi
“Manifestasi Politik dalam Undang – Undang Koperasi No. 14 tahun 1965”


Disusun oleh :
Alberta Novita Indar Kusumaningsih (162009008)

Program Studi Pendidikan Ekonomi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang – Undang No 14 tahun 1965 pasal 3, dinyatakan definisi dari  koperasi adalah organisasi ekonomi dan alat revolusi yang berfungsi sebagai tempat persemaian insan masyarakat serta wahana menuju sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila. Dalam pasal 4 yang mengatur tentang azas dan dasar bekerja, pada point (b) menyatakan bahwa koperasi bertujuan mengembangkan kesejahteraan anggota dan masyarakat dalam rangka mencapai dan membina masyarakat Sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila tanpa penghisapan oleh manusia atas manusia. Hal ini sejalan dengan dekrit presiden tanggal 15 Juli 1959 salah satunya tentang diberlakukannya kembali Undang-Undang Dasar 1945 bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tanah Tumpah Darah Indonesia, terhitung mulai dari tanggal penetapan dekrit dan tidak berlakunya lagi Undang-Undang Dasar Sementara. Undang – undang ini juga merupakan perwujudan dari pidato kenegaraan Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul “ Penemuan Kembali Revolusi Kita ”, atau lebih dikenal dengan Manifesto politik (Manipol). Dalam pidato itu diuraikan berbagai persoalan pokok dan program umum Revolusi Indonesia yang bersifat menyeluruh. Berdasarkan Ketetapan MPRS No. 1/MPRS/1960 pidato itu ditetapkan sebagai Garis-garis Besar Haluan Negara RI dan pedoman resmi dalam perjuangan menyelesaikan revolusi.
Revolusi, seyogyanya bersifat menyeluruh. Artinya seluruh rakyat dari golongan manapun juga seluruh aspek kehidupan masyarakat turut serta ambil bagian dalam perubahan (pembangunan). Itulah mengapa dengan adanya Dekrit Presiden dan Manipol, maka berpengaruh dalam perundang – undangan koperasi. Koperasi yang merupakan basis ekonomi kerakyatan diharapkan berperan sebagai alat dalam mewujudkan cita – cita meneruskan revolusi. Undang - Undang no 14 tahun 1965 merupakan keputusan final yang paling sesuai pada waktu itu, yang mencerminkan jiwa Undang – Undang Dasar 1945 dan Manipol. Namun, tak lama berselang setelah ditetapkannya Undang – Undang No. 14 Tahun 1965 (22 Agustus 1965), pada bulan Oktober terjadi peristiwa G30S. Undang – Undang ini dipermasalahkan karena dalam pasal 5 menyatakan bahwa koperasi harus mencerminkan semangat kegotong – royongan, dan NASAKOM yaitu Nasional, Agama, dan Komunis. Kemudian sepanjang tahun 1966 di desak untuk diganti dengan undang – undang yang baru yang sejiwa dengan koperasi. Tanpa mengandung unsur politik manapun.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah “ Manifestasi Politik dalam Undang – Undang No 14 Tahun 1965” adalah :
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sosialisme dalam Undang – Undang Koperasi No 14 Tahun 1965.
2. Untuk mengetahui peranan dari Undang – Undang No 14 tahun 1965 terhadap cita – cita revolusi bangsa Indonesia sebagaimana yang dinyatakan dalam pidato Manifestasi Politik Soekarno
C. Perumusan Masalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan sosialisme dalam Undang – Undang Koperasi No 14 tahun 1965?
2. Bagaimanakah peranan dari Undang – Undang No 14 tahun 1965 terhadap cita – cita Revolusi bangsa Indonesia?
BAB II
ISI
A. Sosialisme dalam Undang – Undang Koperasi No 14 tahun 1965
Definisi koperasi seperti yang telah dinyatakan dalam Undang – Undang No 14 tahun 1965 bahwa koperasi adalah organisasi ekonomi dan alat Revolusi yang berfungsi sebagai tempat persemaian insan masyarakat serta wahana menuju Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila. Latar belakang politik Indonesia era tahun 1965, aliran politik negara kita menganut ideologi kiri yaitu sosialis atau demokrasi sosial. Sosialisme (sosialism) secara etimologi berasal dari bahasa Perancis sosial yang berarti kemasyarakatan. Istilah sosialisme pertama kali muncul di Perancis sekitar 1830. Umumnya sebutan itu dikenakan bagi aliran yang masing-masing hendak mewujutkan masyarakat yang berdasarkan hak milik bersama terhadap alat-alat produksi, dengan maksud agar produksi tidak lagi diselenggarakan oleh orang-orang atau lembaga perorangan atau swasta yang hanya memperoleh laba tetapi semata-mata untuk melayani kebutuhan masyarakat. Namun tidak dapat dikatakan bahwa yang dimaksud hak milik bersama berarti dimiliki sepenuhnya bersama, namun lebih mudah kita mengatakannya sebagai bentuk gotong - royong. Dalam pidato kenegaraan Presiden Soekarno, pada tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul " Penemuan Kembali Revolusi Kita " yang akhirnya ditetapkan sebagai Garis Besar Haluan Negara bahwa revolusi bangsa Indonesia belum berakhir. bangsa Indonesia masih harus mengupayakan kemandirian, agar benar - benar terlepas dari bangsa asing. Yang diharapkan agar rakyat bergotong royong, saling bahu membahu untuk membangun Negara dengan memberdayakan seluruh aspek termasuk ekonomi.
Di dalam penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1965 Tentang Perkoperasian bahwa dalam merumuskan pengertian dan fungsi koperasi Indonesia pada pasal ini ditegaskan bahwa koperasi Indonesia mempunyai dua wajah yakni sebagai "organisasi ekonomi" dan sebagai "alat Revolusi". Bidang atau wilayah koperasi terutama sekali adalah wilayah ekonomi. Sebagai alat revolusi, koperasi Indonesia mempunyai fungsi sebagai tempat persemaian insan masyarakat dan merupakan wahana menuju ke alam Sosialisme. Koperasi Indonesia dan Sosialisme Indonesia tidak dapat dipisah-pisahkan, sebab Sosialisme Indonesia adalah jiwanya koperasi. Dunia Sosialisme adalah dunia koperasi, masyarakat, Sosialisme adalah masyarakat koperasi. Oleh karena itu fungsi koperasi dalam Revolusi Indonesia adalah penting sekali, karena tujuan Revolusi Indonesia adalah jelas, yaitu masyarakat adil dan makmur, masyarakat tanpa penghisapan oleh manusia atas manusia, masyarakat Sosialisme Indonesia. Mencapai Sosialisme harus dilaksanakan secara revolusioner oleh karena Sosialisme Indonesia adalah hasil dari tindakan revolusioner. Oleh karena itu koperasi Indonesia tidak boleh tidak harus bersifat revolusioner.
Dalam UU No 14 tahun 1965, Koperasi berporoskan Nasakom ( Nasionalis, Agama dan Komunis), yang merupakan ide yang diciptakan oleh Soekarno dalam upayanya mempersatukan kekuatan-kekuatan politik/sosial terbesar di Indonesia dalam perjuangan untuk mencapai “masyarakat yang adil dan makmur” dengan semangat “gotong royong” terutama dalam melawan imperialisme.
B. Peranan undang – undang No 14 tahun 1965 terhadap cita – cita revolusi bangsa Indonesia
Peranan koperasi sebagaimana telah diatur dalam pasal 6 dan pasal 7. Pasal 6 berbunyi  “ Gerakan Koperasi mempunyai peranan :
a. Dalam tahap nasional demokrasis :
1. Mempersatukan dan memobilisir seluruh rakyat pekerja dan produsen kecil yang merupakan tenaga-tenaga produktif untuk meningkatkan produksi, mengadilkan dan meratakan distribusi;
2. Ikut serta menghapus sisa-sisa imperalisme, kolonialisme dan feodalisme;
3. Membantu memperkuat sektor ekonomi Negara yang memegang posisi memimpin;
4. Menciptakan syarat-syarat bagi pembangunan masyarakat sosialis Indonesia.
b. Dalam Tahap sosialisme Indonesia :
1. Menyelenggarakan tata ekonomi tanpa adanya penghisapan oleh manusia atas manusia;
2. Meningkatkan tingkat hidup rakyat jasmaniah dan rokhaniah;
3. Membina dan mengembangkan swadaya dan daya kreatif rakyat sebagai perwujudan masyarakat gotong-royong.”
Pasal 7 menyatakan sebagai berikut :
1. Pemerintah menetapkan kebijaksanaan pokok perkoperasian.
2. Dengan Peraturan Pemerintah diatur hubungan antara gerakan koperasi dengan Pemerintah, Perusahaan Negara/Perusahaan Daerah dan swasta bukan koperasi”
Yang dimaksudkan pasal 7 dalam memori penjelasan bahwa untuk menjamin azas demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin kebijaksanaan ditetapkan perkoperasian oleh Pemerintah.
Dampak dari kedua pasal tersebut adalah ketika MUNASKOP II, selain mensahkan Undang – Undang No 14 tahun 1965, juga memutuskan KOKSI ( Kesatuan Organisasi Koperasi Seluruh Indonesia ) keluar dari keanggotaan ICA.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan :
Koperasi berperan dalam mencapai cita – cita bangsa yaitu kemandirian, tanpa bergantung pada pihak asing. Hal itu dikarenakan koperasi menjunjung tinggi kegotong – royongan dalam anggota. Dalam Undang – Undang No 14 tahun 1965, koperasi bukanlah dijadikan alat namun sebagai gerakan rakyat yang mempersatukan berbagai golongan. Peranan yang telah dicapai Undang – Undang No 14 tahun 1965 adalah koperasi Indonesia dapat mencapai kemandiriannya dengan keluarnya KOKSI dari ICA.