Ketika saya menulis
ini, belum sekalipun saya pernah hadir menyaksikan ujian proposal skripsi, atau
yang umumnya disebut dengan kolokium.
Namun beberapa hari yang akan datang, saya akan maju dalam sebuah kolokium.
Membawa gagasan, mencoba bertahan diantara mekanisme tawar – menawar antara
dosen dengan mahasiswa.
Beberapa teman
menganggap ini adalah awal dari sebuah pembantaian. Namun yang ada di benak
saya, mungkin seperti ketika saya sakit lalu ke dokter. Ketika dokter
menganjurkan penyuntikan, seperti itulah bayangan saya mengenai kolokium. Rasa
sakitnya mungkin cuma beberapa saat bercampur dengan ketegangan psikologis
antara tubuh yang dimasuki benda asing : cairan obat dan jarum suntik. Namun
kita akan melihat manfaat jangka panjangnya. Itulah kolokium di benak saya.
Berhari – hari
berpikir dan mengetik, itulah pekerjaan saya (dan bukan cuma saya). Apa yang
saya tulis dalam proposal adalah sebuah gagasan. Layaknya orang muda yang
memiliki banyak ide segar (atau bisa diartikan mimpi/impian) yang kadang
dianggap tidak realistis. Semua berbenturan pada kendala keadaan realita.
Ide itu semacam
benih yang hendak tumbuh, lalu semua bergantung pada tanah tempatnya tumbuh,
kelembaban, air, intensitas cahaya dan temperatur. Begitupun penelitian yang
akan dilakukan nantinya bergantung pada keadaan realita. Kolokium diadakan
untuk mengetahui seberapa realistisnya gagasan seseorang, apakah gagasan
tersebut dapat diterima atau tidak.
Persoalannya buat
saya yang berat adalah bagaimana membawa teori yang kita terima di kelas selama
perkuliahan kedalam kehidupan nyata. Tidak semudah itu, ternyata. Seolah
diantara dunia teoritis dan empirik itu ada tembok yang susah untuk ditembus.
Apa yang kita hadapi adalah kejadian nyata bukan lagi pemikiran yang abstrak.
Toh kita tidak
harus menanggapi ini dengan lebay. Yang
kita harus lakukan adalah hadapi dengan semampunya. Nanti ketika kita keluar
dari perguruan tinggi, perubahan tingkah laku kita akan terlihat, kita berpikir
bukan emotif. Namun, lebih dari itu, sebuah gagasan akan juga akan kita pilih
berdasarkan kriteria fakta, agar tidak sebatas impian muluk. Juga bagaimana
kita akan bertahan dari persepsi orang tentang gagasan kita. Semoga kita dapat
mengaplikasikan ilmu yang kita terima dalam kehidupan nyata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar