Kontributor

Jumat, 01 Juni 2012

Hei, Engkau Pemuja Malam

Aku ini berniat memberikan seluruh mentari beserta siang – siangnya dan seluruh cahayanya termasuk yang jatuh dibawah pepohonan untukmu, kawan. Tapi itu dulu, ketika denganku engkau masih terpesona keindahan rembulan taram yang congkak. Sang dewi malam beserta malam – malamnya yang kau sebut terindah. Tanpa kau sadar, menatapnya hanya bayangannya di tepian kolam yang jernih. Tempat ikan – ikan berkejaran diantara batu – batu berlumut.

Lalu aku menyerah. Mungkin aku sadar bahwa engkau memang pemuja malam. Dan aku akan menjadi siangnya. Tapi malam memberikanmu apa? Engkau tetap yang sendiri di tepian kolam, memandangi ikan – ikan itu, bebatuan itu, beserta gegap gempita serangga malam, dan suara buah yang jatuh dimakan kalong,……hingga berlumut. Pada akhirnya, engkau menemukan bayang kepalamu menyembul dari air bak cermin. Baru engkau tersadar diri.

Engkau laksana orang gila yang bertanya pada bayanganmu itu. Hal yang mestinya kau lakukan dari dulu, sebelum kecewa menunggu rembulan di kolam itu. Rembulan yang tak pernah muncul, rembulan yang maya. Kau bertanya, pada engkau, pada dia yang ada disitu. Retorika memang, jawabnya harus sudah kau tahu sejak dahulu. Sebelum mentari hampir kalam di horison. Seperti emas yang dilimbang lalu hilang.

Mentari itu makin lama makin larut. Tenggelam perlahan dengan cara yang sepadan, ketika ia terbit. Ia hanyut dan mengurai bersama awan – awan yang merona. Sedang burung – burung camar yang mengiringi kepergiannya. Pergi dari langit yang mulai temaram. Malam yang selalu kau inginkan, kubiarkan menjadi ratumu dan kamu hambanya. Hamba yang berada di bawah kakinya. Malam itu takkan biarkan kamu lari dari gelapnya. Malam itu yang mengunci tiap gerakmu dengan rayuan.

Kau masih berdiri di situ, di kolam itu, entah apa yang kau nanti hingga membatu. Janganlah kemudian bertanya padaku. Sebab yang kau perbuat itu, kau tahu dan harus tahu apa yang terjadi kemudian. Jika benih yang kau tanam di pinggiran kolam pasti akan menjadi mawar. Harusnya kau tahu arti semua itu!


Kini, dimana rembulan itu? dimana malam itu untukmu? Sedangkan mentari telah terbit dibelahan dunia yang lain. Hanya satu pesanku kawan : Jangan kau lupakan bintang yang berkeriapan di langitmu yang hitam. Yang mencoba menemani engkau sambil menunggu bulan baru.


Sumber : Catatan Harian Novi
Salatiga, 1 Juni 2012
Catatan : Untuk kenangan tahun lalu yang pernah ku rasakan dan tlah ku lewati. Puji Tuhan, aku  pernah diberi luka dan kepahitan yang telah membentuk kepribadianku yang tegar. Semangatlah kawan – kawanku semua dan janganlah lupakan aku yang akan  selalu mencoba menjadi yang terbaik untuk kalian.
Penulis : Alberta Novita Indar K

Tidak ada komentar:

Posting Komentar