Kontributor

Sabtu, 23 Desember 2017

Gabriel...! #Cowok Angkuh Dari Jakarta Part 2#



Kamu ingat? Soal kesombonganmu yang menyebalkan itu pernah ku protes.
“Aku males disini, orangnya banyak nanya…”, keluhmu.
“Kamu lupa? Ini bukan Jakarta. Ini Salatiga, kota kecil di Jawa Tengah. Beda budaya lah. Kalau di Jakarta kamu terbiasa dengan orang yang individualis, disini belajarlah untuk peduli sesama dan ramah”
Sejak itulah aku mengajarimu banyak hal.
Kamu itu lahir di Jepara, tapi gak bisa bahasa jawa sama sekali dan banyak budaya jawa yang kamu belum tahu karena sejak kecil kamu sekeluarga harus ikut papamu yang nahkoda itu pindah ke Ibukota. Karena itu, kamu sering ngajak aku ke pasar yang ada di jalan Jendral Sudirman, Salatiga. Kamu minta aku menemanimu belanja sekaligus jadi translator bahasa jawa, padahal aku juga gak banyak pakai bahasa jawa dalam pergaulanku sehari – hari.
Menemanimu belanja itu bikin aku cepat kurus. “Bakar Lemak” istilahnya. Kamu itu seperti angin yang gak bisa diprediksi akan berhembus kemana. Sebentar kamu hinggap di tempat penjual buku, sebentar kemudian kamu udah di depan kios makanan tradisional. Sementara aku mengikutimu di belakang dengan setia.
Berkali – kali kamu melihatku yang selalu ada dibelakangmu. Menanyakan apakah aku lelah mengikutimu yang banyak gerak itu. Atau menanyakan apakah aku lapar atau haus. Aku menggeleng. 
padahal aslinya laper banget dan kakiku sangat lelah 😌
“Serius, Nov. Kamu gak mau aku belikan sesuatu?”
“Gak, aku gak ingin apapun”
Aku gak mengerti perasaan ini : “senang ketika melihat dia bahagia”. Aku senang melihatmu bahagia ketika di pasar. Dan aku juga sabar banget menjelaskan banyak hal kepadamu; menjawab semua pertanyaanmu tentang semua yang yang tak kau temukan di Jakarta, tapi kamu temukan di Salatiga. Seperti perasaanku padamu, yang tak pernah ku temukan sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar