Kontributor

Jumat, 25 Mei 2012

Puisi untuk Heru Santoso. (memoar pulau buru hlm 337)

jerit hati lelaki penuh luka...


Aku yang memendam kemarahan,
Tanpa bersuara….

Cinta dan bahagia,
Terenggut paksa dari kedua tanganku,
Walau erat semakin mengerat….

Apa dayaku?
Ketika otorisasi semakin menjadi…

Ku kirim sekuntum doa untuk
ibuku yang kau bunuh,
dan istriku yang kau perkosa……

sedang kau lupa?
Ayahku gugur di Surabaya,,
Untuk bendera Persada
Yang berkibar hingga kini……

Entah marah pada siapa,
Entah dendam pada siapa,
Dan kuterima 
Dilemparkan tubuh yang masih tersisa,,
Dalam lubang hitam,
Neraka jahanam,,

Tak ingin aku kembali,,
Melihat sang surya menari….

Aku hanya diam,
Dan nikmati kulit – kulitku,
Yang kian membusuk
Dalam gelap pengap
Di bui…..

Haruskah???
Dengan mataku kusaksikan,,
Tanpa tahu apa arti semua ini…

Catatan : Heru Santoso, dalam “ memoar pulau buru” adalah tahanan Politik yang dituduh PKI pada pasca G30S. ayahnya meninggal dalam pertemuran di Surabaya, Ibunya yang seorang pemimpin GERWANI Jawa Timur divonis hukuman mati karena diduga terlibat Blitar Selatan. Istrinya ditangkap bersama dengan dia, lalu dilepaskan. Dalam pemeriksaan Heru Santoso dipaksa menandatangani surat cerai. Istrinya sudah hamil dan akan menikah dengan pemeriksanya……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar